Jumat, 26 Agustus 2011

Bupati dan DPRK Galus Didemo

Foto: rasidan/serambi
ACEH MINUTES]  BLANGKEJEREN - Ratusan mahasiswa Gayo Lues (Galus) yang tergabung dalam organisasi Aliansi Mahasiswa Gayo Lues se-Indonesia mengelar demontrasi di kantor Bupati dan gedung DPRK Galus, Kamis (25/8) petang dengan tujuh tuntutan. Mereka datang dengan iring-iringan roda dua sambil mengusung sejumlah poster berisi tuntutan, di antaranya krisis BBM harus diakhiri.

Target pertama pendemo, kantor Bupati Galus yang disambut oleh Asisten I Drs Syeh Nurdin, Asisten II Drs Samsul Bahri dan Asisten III Drs Nya’mat serta sejumlah jajaran kabag dan kasi. Menanggapi tuntutan itu, Samsul Bahri mengatakan sudah mencari solusi, seperti dengar pendapat dengan dewan, tetapi belum juga berhasil.

Dia mengungkapkan telah memerintahkan petugas Satpol PP untuk mengawasi jalur masuk BBM ke SPBU dan menertibkan agen pengecer liar yang mulai menjamur. Untuk pengecer resmi, Samsul meminta para pemilik kios eceran untuk menyertakan harga bensin per liter.

Samsul menyatakan pemerintah tidak diam diri melihat kelangkaan BBM yang terus terjadi, tetapi mengirim surat ke Pertamina Medan untuk menambah kuota BBM pada 10 Agustus 2011. Penambahan itu, katanya, disesuaikan dengan jumlah kendaraan yang terdaftar di Kantor Samsat Agara.

Bukan itu saja, sebutnya, Pemkab juga melayangkan surat ke Kapolres Galus untuk mengawasi pendistribusian BBM agar tidak menyalahi UU No. 21/2001 tentang penyaluran BBM dari SPBU. Samsul menyatakan Harga Eceran Tertingi (HET) BBM bersubdisi masih Rp 4.500/liter dan belum ada kenaikan atau kebijakan khusus dari Pemkab.

Sementara, Koordinator demo, Ramadhan WR secara terpisah mengatakan Aliansi Mahasiswa Galus se-Indonesia berasal dari berbagai perguruan tinggi di Banda Aceh, Medan dan Jakarta. Dia menilai keluhan masyarakat soal kelangkaan BBM, tetapi ada di kios agen pengecer dengan harga naik dua kali lipat dari harga pemerintah.

Dia menduga ada pihak-pihak tertentu menimbun BBM dengan fenomena, BBM krisis di SPBU, tetapi di kios pengecer melimpah. Sehingga, harga tidak terkendali, mencapai Rp 8.000 sampai Rp 10.000/liter di tingkat pengecer yang memenuhi pinggiran jalan Blangkejeren dan sekitarnya. 

“Apabila tuntutan ini tidak dipenuhi dalam satu minggu, kami akan mengerahkan masa dengan jumlah lebih banyak lagi dibandingkan saat ini,” ancam koordinator pendemo. Dia juga menyebutkan: “Kalau bupati tidak mampu menangani kelangkaan BBM, sebaiknya turun dari jabatannya sebagai kepala daerah.”

Seusai berorasi di kantor bupati, pendemo bergerak ke gedung DPRD untuk menyampaikan tuntutan yang sama dan disambut Wakil II anggota DPRK Galus Drs Sudirman S dan empat anggota dewan lainnya. Sudirman sempat menjagak mahasiswa untuk masuk ke ruang gedung dewan, tetapi mahasiswa menolak dengan memilih berorasi di depan gedung. Sudirman mengaku krisis kelangkaan BBM terus terjadi di dua SPBU Galus dalam setahun terakhir ini. sumber: serambinews.com