Kamis, 25 Agustus 2011

Polisi Lakukan Penembakan Jarak Dekat

Kapal motor yang ditumpangi warga dalam
aksi unjuk rasa di Tiaka.
Kapal inilah yang diberondong dengan peluru
dan melukai banyak korban. foto/ Abu Thariq Alfarizy

ACEH MINUTES] MAKASSAR — Cerita soal penyanderaan polisi dianggap sebagai manipulasi yang dilakukan oleh aparat kepolisian sendiri. Andri Muhammad Sondeng, kordinator aksi dari Forum Masyarakat Mamosalato, menegaskan sekaligus membantah pernyataan Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo.

Pernyataan Kapolri itu dituding sebagai upaya manipulasi fakta atas insiden yang telah merenggut dua nyawa tersebut. Sebelumnya, seusai menghadiri acara safari Ramadhan dan pengarahan TNI-Polri di Balai Manunggal Makassar, Kapolri mengatakan, insiden penembakan di wilayah eksplorasi JOB Pertamina-PT Medco S & Tomori di Blok Senoro Toili, Kecamatan Morowali, Sulawesi Tengah, itu terjadi karena massa melakukan pelanggaran hukum dengan menyandera polisi.

"Kapolres Morowali bersama anggotanya disandera selama enam jam sehingga ini membuat anggota kami bertindak terhadap warga yang aksi," kata Kapolri, malam tadi.

"Polisi dan karyawan PT Medco numpang untuk meninggalkan Pulau Tiaka. Di tengah jalan, di perairan, kami dihadang oleh pasukan polisi. Tanpa peringatan dan negosiasi, mereka menembak membabi buta dalam jarak yang dekat," kata Andri.

Andri menjelaskan, jarak tembak hanya sekitar 5 meter dari posisi mereka. Para pendemo dan warga tidak melakukan perlawanan selain berupaya memberi peringatan tangan ke atas untuk menghentikan tembakan.

Untuk menghindari tembakan, sebagian warga memilih lompat ke dalam air dan berenang. Dalam insiden tersebut, dua korban, yakni Jusrifin, mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo, dan warga setempat, Marten, tewas.

Andri berada di Makassar berdasarkan rujukan Rumah Sakit Daerah Luwuk untuk melakukan tindakan operasi pengangkatan proyektil di dadanya. Kamis (25/8/2011) ini, Andri menjalani operasi pengangkatan proyektil.sumber: kompas.com