Selasa, 23 Agustus 2011

Tripoli Dikuasai Pemberontak, Keberadaan Khadafi Belum Diketahui

Tripoli - Pasca sebagian besar wilayah ibukota Libya, Tripoli dikuasai pasukan pemberontak, rezim Muammar Khadafi diklaim telah berakhir. Ribuan rakyat Libya melakukan perayaan kemenangan atas runtuhnya rezim yang bertahan selama 42 tahun tersebut.

Namun, di balik keriuhan perayaan rakyat tersebut, sebenarnya keberadaan Khadafi hingga saat ini masih menjadi misteri. Ada banyak versi menyebut keberadaan Khadafi, antara bertahan di dalam markas terakhirnya yang terletak di Bab al-Aziziya, Tripoli atau telah melarikan diri dari Tripoli dan bersembunyi di suatu tempat.

Seperti dilansir dailymail.co.uk, Senin (22/8/2011), sejumlah pihak mempercayai Khadafi dipercaya bersembunyi di markasnya saat pasukan pemberontak berhasil menguasai Tripoli dalam 24 jam terakhir.

Baku tembak senjata berat terjadi ketika pasukan pro-Khadafi membalas serangan yang dilancarkan ke markas Bab al-Aziziya. Tank-tank pemerintah muncul dari kompleks tersebut dan memulai serangan besar-besar terhadap para pemberontak hingga fajar menjelang.

Warga setempat mengungkapkan, bahwa pasukan pemberontak berusaha merubuhkan tembok markas Khadafi tersebut. Namun serangan balik pasukan pro-Khadafi menghalangi mereka. Khadafi bahkan menempatkan penembak jitu di sekitar markas untuk menghalau para pemberontak.

Kendati demikian, pasukan pemberontak kini mengklaim pihak mereka menguasai 95 persen wilayah Tripoli. Mereka juga menyebut sekitar 1.300 orang tewas terbunuh dalam baku tembak hebat semalam. Hal ini disebabkan oleh penggunaan tank dan truk dengan senjata mesin yang melancarkan serangan ke segala arah.

Versi lain menyebutkan bahwa Khadafi telah melarikan diri dari Tripoli saat pertempuran antara pasukan pemberontak dan pasukan pro-Khadafi pecah. Khadafi disebut-sebut bersembunyi di sebuah bunker di luar kota Tripoli.

Sebagai seorang pemimpin rezim diktator yang berada di ambang kehancuran, Khadafi diberitakan oleh sebuah stasiun televisi lokal telah melarikan diri layaknya seorang pengecut.

Sementara itu, mantan tangan kanan Khadafi, Abdel-Salam Jalloud bahkan berani menyebut Khadafi sebagai pemimpin yang tidak berani bersikap tegas seperti Hitler yang memutuskan bunuh diri.

"Saya pikir tidak mungkin dia akan menyerah. Dia tidak seperti Hitler, yang berani membunuh dirinya sendiri. Saya pikir, revolusi yang tejadi di kota Tripoli tidak akan membantu dia bertahan. Saya percaya rezimnya hanya akan bertahan selama seminggu, atau maksimal 10 hari, tapi mungkin kurang dari itu," ujar Jalloud yang sebelumnya melarikan diri ke Tunisia dan kini menetap di Roma, Italia, Jumat (19/8) lalu, kepada stasiun televisi Italia.

"Tidak mungkin dia meninggalkan Tripoli. Semua jalan ditutup. Dia hanya bisa pergi dengan adanya perjanjian internasional dan saya rasa pintu itupun sudah tertutup," imbuh Jalloud.

Bunker persembunyian Khadafi sebenarnya sudah menjadi cerita rakyat di Libya. Diketahui terdapat banyak terowongan bawah tanah yang menghubungkan ke sejumlah wilayah Libya. Bahkan dilaporkan ada ruangan-ruangan besar yang mampu menampung tank, pesawat dan juga menjadi gudang senjata. Khadafi diketahui sering menetap di bunker yang berbeda-beda.

Rahasia terowongan ini terungkap saat pasukan pemberontak berhasil menguasai kota Benghazi pada Maret lalu. Mereka berhasil menemukan serangkaian terowongan dan ruangan-ruangan yang dibangun seluas 100 yards di bawah tanah.

Namun, kompleks bunker yang ada di Tripoli dipercaya jauh lebih besar dibanding lokasi lain. Sejumlah eks tangan kanan Khadafi mengungkapkan, banyak terowongan sepanjang ratusan kilometer yang mengarah ke wilayah selatan Libya, yang dimungkinan menjadi jalur melarikan diri.
sumber: detik.com