Selasa, 23 Agustus 2011

Hamdan Basyar: Minyak, Alasan Barat Bantu Oposisi di Libya

Pemimpin Libya Muammar Khadafi tinggal menunggu waktu untuk jatuh. Lantas, apa yang didapatkan negara-negara Barat pasca Khadafi jatuh? Jawabannya jelas: minyak!

"Jelas minyak. Alasan Barat membantu oposisi karena minyak. Libya itu punya minyak yang bagus. Ini kan kemarin produksinya hancur ketika perang. Itu bukan rahasia lagi. Sebagaimana Amerika Serikat di Irak, jelas minyak," ujar peneliti politik Timur Tengah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hamdan Basyar ketika berbincang dengan detikcom.

Berikut wawancara lengkap detikcom dengan Hamdan Basyar, Kamis (23/8/2011).

Kalau Muammar Khadafi jatuh apa yang terjadi?

Kalau jatuh saya kira lihat perkembangannya, kapan itu, tinggal tunggu waktu, belum jelas sampai saat ini. Permasalahannya berat bagi kaum oposisi membangun kembali Libya, sistem politiknya. Selama kekuasaan Khadafi, dibuat sistem politik sendiri dengan green book itu, bukan kapitalis, bukan sosialis, bentuknya saja beda. 

Tantangan kelompok oposisi kemudian sesudah menguasai keadaan di Libya kemudian menata kembali, maunya bentuknya seperti apa?

Ada kemungkinan Libya jatuh pada perang suku/perang saudara?

Justru itu masalahnya, sampai belum saat ini belum ditemukan orang kuat yang bisa dijadikan pemimpin semua kelompok. Ada kekhawatiran seperti di Irak, kelompok-kelompok itu akan mengalami perbenturan karena mereka sudah punya senjata. Kaum oposisi harus konsolidasi dan membangun politiknya seperti apa, itu adalah tantangan bagi mereka.

Apakah kelompok oposisi di Libya sudah siap?

Bukan siap atau nggak siap, karena kondisinya memang harus digantikan karena posisi Khadafi sudah terjepit, tinggal tunggu waktu akan menggantikan posisi itu. Pandangan dan konsolidasi antar mereka membangun sistem politik seperti apa untuk masa depan Libya ini. 

Libya versi Khadafi tidak umum bentuk politiknya, tidak dikenal di dunia di sekitarnya, tidak menganut sistem demokrasi, tidak ada partai politik, kesukuan di sana kuar. Siap tidak siap mereka harus siap, kalau tidak, terjadi perpecahan. Tugas Dewan Transisi itu berat.

Kalau Khadafi jatuh apakah Libya akan menjadi antek negara Barat dan tidak segarang waktu Khadafi masih berkuasa?

Saya kira untuk beberapa waktu akan tidak garang sebagaimana penguasa sekarang. Penguasa yang akan datang di oposisi dibantu oleh Barat, sejak Februari sudah disuplai itu oleh Barat. Tidak akan segarang Khadafi, dan dunia Barat, Eropa dan AS akan ikut terlibat semacam memberikan supervisi terhadap politik di sana seperti di Irak.

Konsesi yang mungkin didapat Barat pasca Khadafi jatuh?

Jelas minyak. Jelas minyak. Alasan Barat membantu oposisi karena minyak Libya. Libya mempunyai yang bagus. Ini kan kemarin produksinya hancur ketika perang itu. Bukan rahasia lagi, sebagaimana Amerika di Irak, jelas minyak.

Walaupun memang alasannya bantu rakyat, itu kan alasan saja. Kalau sudah dikuasai yang penting pemimpin mereka sudah di bawah kekuasaan Barat.

Jadi alasannya minyak di balik semua ini?

Iya, cuma yang dikemukakan tidak seperti itu, karena nanti akan dikecam dunia. Alasannya yang formal lewat resolusi PBB untuk melindungi rakyat sipil, pemimpin melakukan tindakan yang brutal terhadap rakyat sendiri, alasan formal. 

Apakah kejatuhan Khadafi akan berdampak bagi negara-negara di Timur Tengah yang saat ini juga sedang goyah seperti Suriah, Yaman dan Sudan?

Kalau Sudan sudah selesai karena Sudan sudah terbagi 2, Sudan dan Sudan Selatan. Darfur menjadi Sudan Selatan, itu juga Barat ikut campur itu. Bagaimana kepentingan minyak dan gas di Darfur yang memasok dana untuk pemerintah Sudan, setelah memisahkan diri menjadi Sudan Selatan, Pemerintah Sudan yang di Khartoum akan kehilangan.

Suriah isunya sebenarnya Barat menginginkan menganti Assad (Presiden Suriah Bashar al-Assad), walapun Assad belum terlalu lama dibanding pemimpin Timur Tengah lain. Tapi kan Assad sikapnya keras, ya diusahakan akan didongkel, tapi selama Assad tidak menggunakan kekerasan langsung seperti Khadafi, mungkin Barat tidak bisa masuk secara formal sehingga tidak ada lasan bagi jalur PBB melindungi rakyat Suriah.

Seperti di Mesir, tank tempur yang turun tidak memuntahkan pelurunya, kalau Khadafi memakai pesawat menembaki rakyatnya sendiri. Kendati Assad belum sekeras Khadafi, Assad harus hati-hati.

Selain faktor eksternal intervensi Barat yang menginginkan minyak, bagaimana faktor internal seperti gaya kepemimpinan di Timur Tengah?

Gaya kepemimpinan ini hampir rata-rata penguasa di Timur Tengah itu lama (berkuasa). Arab Saudi jelas seumur hidup kenapa AS tidak mendesak demokratisasi di sana, itu yang menjadi pertanyaan. Bahrain itu keluarga khalifah kenapa tidak didesak oleh AS. Sebenarnya masalah internal ada, kemudian di eksternal dunia ikut nimbrung kalau pemimpin tidak pro Barat. Arab Saudi dan Bahrain itu pro Barat. Demokratisasi hanya pintu masuk membela rakyat, juga kadang-kadang ada alasan penguasaan geopolitik dan ekonomi.

Wilayah Timur Tengah sekarang rata-rata sudah di bawah kekuasan dunia Barat, kecuali Iran. Iran masih bisa tegak sendiri, Suriah masih.

Apakah jika negara-negara Timur Tengah itu demokratis, akankah menjadi lebih baik?

Tergantung kondisi masing-masing negara. Arab Saudi belum tentu lebih baik kalau kondisinya dibuka demokratis sebagaimana di dunia lain, bagi mereka mungkin sudah enak. 

Tergantung negara masing-masing, kaum oposan di Arab Saudi nggak terlalu banyak. Tuntutan di tempat lain, di Bahrain ada kelompok mayoritas tapi secara politik kurang terlibat, kalau dibuka demokratis barangkali bisa berubah negara ini. 

Apakah gejolak di Timur Tengah itu berkorelasi dengan kondisi atau masalah ekonomi?

Tidak selalu berhubungan, Bahrain ekonomi bagus tapi ada protes. Arab Saudi ekonomi bagus tapi tidak ada protes. Yaman ekonomi jelek, Libya ekonomi bagus ada protes, Tunisia ekonomi bagus ada protes. Tidak selalu berkorelasi, memang ada anggapan umum biasanya kalau kaya makmur kemudian tuntutan turun, tidak selalu seperti itu. Ada yang sudah makmur ada tuntuntannya, ada yang miskin juga ada tuntutannya.

Bagaimana dengan Iran?

Iran tidak berimbas. Posisi Iran ini masih kuat, sistem politiknya masih cukup kuat. Iran kan sudah secara rutin ada pemilu terbuka, pemilihan presiden calonnya itu bisa ratusan orang, nanti tinggal berapa orang, tinggal 4 orang. Iran terbiasa demokratis.

Kalau memakai isu demokratisasi di Iran tidak relevan, pergantian pimpinan biasa setiap 4 tahun, ada Pemilu 4 tahun, jadi harus diganti, boleh mencalonkan lagi, jadi tidak memungkinkan adanya presiden yang terus menerus. Yang sampai meninggal hanya pemimpin tertinggi Ali Khamenei, pengganti Ayatollah Khomeini, itu posisi tertinggi, dalam Syiah itu rujukan imam tertinggi kalau dalam mazab.Sumber detik.com