Selasa, 20 September 2011

[Lhokseumawe] Demonstran Kepung PT Arun

Pasukan brimob DEN-I B Jeulikat persiapan memblokade lapisan kedua jalan masuk ke pabrik PT ARUN untuk menghalang masa yang datang dari Blang Lancang, Lhokseumawe, terkait masalah tuntutan masayarakat kepada pihak perusahaan yang belum memenuhi janjinya untuk penyediaan lahan perkampungan terhadap masyarakat pemilik lahan. Foto direkam Senin (19/9). SERAMBI/ZAKI MUBARAK
 
LHOKSEUMAWE | ACEH MINUTES - PT Arun NGL Co di kawasan Muara Satu, Kota Lhokseumawe, hampir sepanjang hari kemarin, Senin (19/9) dikepung demonstran dari kalangan masyarakat eks Blang Lancang dan Rancong diperkuat aktivis SMUR (Solidaritas Mahasiswa untuk Rakyat). Polisi dari tiga Polres (Aceh Utara, Lhokseumawe, Bireuen) plus TNI-AD dan AL dikerahkan untuk menghadang pergerakan demonstran.

Seperti kerap diberitakan, demo masyarakat sudah berulangkali terjadi ke PT Arun. Masyarakat menilai Pertamina dan pemerintah belum merealisasikan janji tahun 1974 untuk menyediakan perkampungan baru (relokasi) 542 kepala keluarga (KK) yang digusur saat pendirian kilang gas alam cair PT Arun.

Laporan yang diterima Serambi, untuk mengamankan aksi demo kemarin, tidak kurang 650 polisi dari Polres Aceh Utara, Lhokseumawe, dan Bireuen dibantu Brimob, TNI-AD, dan TNI-AL dikerahkan untuk memblokade kawasan pabrik dari serbuan demonstran. Aparat keamanan siaga sejak pukul 07.30 WIB melakukan pengamanan keliling pabrik, termasuk menghadang masuknya masyarakat dari perairan.

Gelombang demonstran terlihat mendekati area pabrik sekitar pukul 11.00 WIB. Massa dalam jumlah besar terus mendekat sambil mengumandangkan salawat dan mengangkat bendera putih. Namun, sekitar seratusan meter dari pintu gerbang pabrik, pendemo dihadang blokade polisi. Setelah orator berorasi beberapa saat, langsung saja demonstran berusaha menerobos pagar betis polisi sehingga terjadi aksi saling dorong.

Gagal menembus blokade polisi, serombongan demonstran berusaha menerobos lewat kebun sawit di pinggir jalan masuk pabrik. Sempat terjadi kejar-kejaran dengan polisi. Namun tak lama setelah aksi kejar-kejaran itu, pendemo dan polisi sama-sama istirahat.


Aksi susulan dimulai lagi pukul 15.00 WIB. Namun pada sesi sore itu, tak terlihat lagi upaya demonstran menerobos masuk kawasan pabrik, tetapi hanya berorasi yang dilakukan secara bergantian.

Koordinator Aksi, Darkasyi kepada Serambi menginformasikan, demonstran sempat menduduki jalan masuk pabrik karena berencana mendirikan tenda untuk bermalam di lokasi tersebut. Namun rencana itu tidak mendapat izin dari pihak keamanan.

Sekitar pukul 17.50 WIB, Darkasyi sempat dibawa ke sebuah mobil polisi melakukan negosiasi agar demo dibubarkan. “Saya sampaikan hal itu ke koordinator lapangan. Akhirnya masyarakat sepakat untuk sementara ini membubarkan diri,” kata Zarkasyi menjelang bubar aksi demo sore kemarin.

Menurut Zarkasyi, dalam aksi demo kali ini pihaknya mengeluarkan pernyataan sikap agar pemerintah pusat, DPR RI, Pemerintah Aceh, dan Pertamina bertanggungjawab untuk merealiasikan janji relokasi masyarakat tergusur akibat pembangunan kilang Arun. Pemerintah Lhokseumawe juga diminta proaktif memperjuangkan hak-hak rakyat. “Bila masyarakat belum mendapatkan keadilan, pemerintah daerah harus bersikap tegas, misalnya menyegel pabrik,” tandas Zarkasyi.

Kapolres Lhokseumawe AKBP Kukuh Santoso melalui Kabag Ops AKP Risno membenarkan pengamanan PT Arun dari aksi demo kali ini begitu ketat, termasuk pengamanan kawasan perairan oleh TNI-AL.

Informasi awal yang diterima polisi, jumlah pendemo kali ini mencapai 2.000 orang. “Kita tidak mau ambil risiko karenanya kita mengerahkan 650 aparat keamanan,” kata Kapolres Lhokseumawe. (serambinews.com)