Kamis, 08 September 2011

Subulussalam Terbelah

SUBULUSSALAM | ACEH MINUTES - Ekses gempa berkekuatan 6,7 SR pada Selasa (6/9) dini hari bukan hanya merenggut korban jiwa dan merusak bangunan milik masyarakat maupun fasilitas publik lainnya, bahkan Bumi Subulussalam yang merupakan salah satu kawasan terdekat dengan pusat gempa ikut terbelah di beberapa bagiannya. 

Pantauan Serambi, rongga memanjang yang membentuk belahan terlihat antara lain pada badan jalan nasional Aceh-Sumut sepanjang tidak kurang empat kilometer, tepatnya di sekitar tanjakan dan tikungan Desa Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam.

Kadis PU Kota Subulussalam, Anasri ST kepada Serambi, Rabu (7/9) mengatakan, jika dalam seminggu ke depan tidak ada perbaikan jalur utama Aceh-Sumut itu, diyakini akan memunculkan persoalan serius di bidang transportasi. “Kami sudah laporkan masalah ini ke BMCK Aceh,” kata Anasri.

Ada puluhan titik rekahan badan jalan maupun di luar badan jalan akibat gempa yang memunculkan kepanikan luar biasa itu. Rongga memanjang berbentuk parit itu rata-rata selebar enam centimeter dengan kedalaman mencapai 1,5 hingga 2 meter. Bahkan pada salah satu ruas yang terbilang parah ketika diinjak seperti mengeper sehingga dikuatirkan akan ambruk bila dilindas oleh kendaraan berat. 

Titik-titik bumi yang terbelah tersebut terjadi sejak dari Jembatan Lae Terutung, Perkebunan PT Laot Bangko hingga tanjakan menikung Desa Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat. 

Selain itu, dua tanggul yang baru dibangun di sekitar Jongkong, Desa Singgersing juga ambruk. Sebelumnya, tanggul tersebut juga sempat ambruk sebelum selesai dikerjakan. Sedangkan di tikungan menanjak Simenjeren, Desa Singgersing terjadi longsor yang menimbun badan jalan sepanjang sekitar enam meter dan menutup setengah badan jalan. 

Wali Kota Subulussalam, Merah Sakti SH didampingi LO Polres Kota Subulussalam Kompol Mirwazi, Pabung TNI Mayor M Saying, dan Wakil Ketua DPRK Karlinus, Ketua Komisi B Netap Ginting dan Kadis PU Anasri meninjau jalan nasional yang terbelah itu. Wali Kota langsung menghubungi Kadis BMCK Aceh melalui telepon melaporkan kondisi di lapangan. “Ini harus segera dicegah, kalau melihat kondisi jalan ini truk tidak bisa lewat, harus dibatasi nanti,” kata Merah Sakti.

Bantuan tiba
Kabag Humas pada Biro Hukmas Setda Aceh, Usamah Elmadny kepada Serambi melaporkan, bantuan masa panik dari Pemerintah Aceh untuk korban gempa Singkil dan Subulussalam telah tiba di lokasi, Rabu (7/9) pagi. 

Menurut Usamah dengan mengutip keterangan Kadis Sosial Aceh, Nasir Gurumud, bantuan tahap pertama yang diberangkatkan pada Selasa malam berupa 10.000 butir telur, 500 dus mi instan, 1.200 kaleng ikan sarden, 300 liter minyak goreng, 1.000 lembar kaos kerah, 1.000 lembar daster, 200 paket family kits, 100 lembar terpal biru, 100 lembar matras, 200 paket foodware, dan 600 kilogram ikan asin telah tiba di Subulussalam dan telah disalurkan untuk korban, baik di Subulussalam maupun Singkil.

Pada Rabu siang kemarin, tim Dinsos Aceh bersama BPBA juga bergerak ke zona bencana untuk memastikan semuanya tertanggulangi dengan baik. Dalam rombongan tersebut, ikut serta dua orang perwakilan Dirjen Kebencanaan Depsos RI yang akan melakukan pemantauan. 

“Gubernur Aceh, sedianya akan berangkat juga kemarin untuk memimpin rombongan, akan tetapi sehubungan adanya kunjungan penting dari Atase Militer Singapura, serta pertemuan dengan Dirjen Otda Kemendagri, maka beliau terpaksa menunda keberangkatannya dan mendelegasikan tugas dan tanggung jawab kepada SKPA terkait,” ujar Usamah. “Pak Gubernur akan tetap ke Aceh Singkil dalam 1-2 hari ini,” kata Usamah.

Tidak belajar
Sedikitnya 524 siswa dari empat sekolah di Kota Subulussalam, Rabu (7/9) belum bisa melakukan proses belajar mengajar (PBM) karena bangunan sekolah rusak parah.

Sekretaris Disdik, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora) Kota Subulussalam, Asmial, SPd MPd mengatakan, keempat sekolah yang belum bisa PBM tersebut masing-masing SDN 2 Runding (168 murid), SDN Pasir Panjang (178 murid), dan SDN Lae Langge (84 murid). “Solusi secepatnya adalah sekolah darurat atau tenda agar anak-anak tetap bisa belajar,” kata Asmial.

Data kerusakan
Hingga hari kedua pascagempa, data yang diperoleh Serambi dari Posko Penanggulangan Bencana Subulussalam mencatat jumlah rumah penduduk yang rusak mencapai 2.281 unit (133 rusak berat). Sekolah yang rusak 74, dengan rincian 48 rusak berat, 26 rusak ringan. Selain itu, 31 rumah ibadah atau musalla rusak berat, 49 rusak ringan, dan tujuh rusak sedang. 

Sebanyak 8 kantor pemerintahan rusak ringan dan 3 rusak berat. Lima puskesmas rusak ringan, satu rusak berat, dan satu rusak sedang. Rumah dinas sebanyak 16 unit masing-masing 9 rusak ringan, 5 rusak sedang, dan 2 rusak berat.(serambinews.com)