Selasa, 13 September 2011

[Aceh Besar ] Kapolresta: Bripda Mulya dan Fadil Itu Adik Abang

BANDA ACEH | ACEH MINUTES - Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Armensyah Thay mengungkapkan bahwa Bripda Mulya, anggota Polres Aceh Besar yang diduga mengancam tembak dengan pistol seorang dokter dan tiga perawat di Ruang High Care Unit (HCU) RSUZA Banda Aceh, Rabu (7/9) pagi, ternyata bukan Fadil, seperti pengakuan Kapolresta dalam pemberitaan Serambi, Jumat (9/9).

Tapi Fadil justru abang kandung Bripda Mulya. Polisi juga belum menetapkan Bripda Mulya sebagai tersangka, karena kedua kakak adik yang dinilai memiliki keterkaitan dalam perkara itu belum diperiksa. Keduanya belum diperiksa, karena masih dalam masa berduka atas meninggalnya ibu mereka, Kartini binti Abdullah di RSUZA, Rabu (7/9) pagi.

Mulya dan Fadil itu adik abang. Tapi keduanya belum diperiksa, karena masih dalam keadaan berduka. Mungkin diperiksa dalam minggu ini. “Karena itu, masalah siapa pelakunya belum bisa kita ungkapkan. Jika dipikir-pikir Bripda Mulya juga tak mungkin mengancam dengan pistol, karena untuk pangkat Bripda belum memegang pistol, kecuali Bripda yang bertugas sebagai ajudan Kapolda atau ajudan Kapolres,” kata Kombes Pol Armesyah Thay menjawab wartawan di Mapolresta, Banda Aceh, Senin (12/9).

Menurutnya, para saksi di RSUZA sudah diperiksa, mereka mengakui pelaku mengamuk karena ketidakpuasan keluarga pasien terhadap kurangnya pelayanan di RSUZA, sehingga Kartini yang mengalami pendarahan di kepala meninggal sebelum sempat dioperasi.

“Ya, jadi pihak RSUZA juga harus introspeksi diri, siapa yang tidak marah kalau orang tuanya merasa kurang mendapat pelayanan maksimal sehingga menyebabkan meninggal,” ujar Armensyah.

Seperti diberitakan sebelumnya, suasana di Ruang HCU RSUZA, Rabu (7/9) sekitar pukul 07.00 WIB, geger. Seorang keluarga pasien mengaku bernama Fadil mengamuk dan sempat mengeluarkan pistol untuk menembak dokter. Pelaku disebut-sebut kecewa karena ibunya Kartini binti Abdullah lambat dioperasi sehingga nyawanya tak tertolong.

Sasaran kemarahannya terhadap dokter yang menangani ibundanya bernama dr Rodhi. Menurut Rodhi, pelaku ketika itu tak bisa menerima penjelasannya bahwa orang tuanya tak bisa langsung dioperasi karena sedang pendarahan berat. Hamdardi dan Jul Efendi, dua perawat yang berusaha melerai kemarahan pelaku, disebut-sebut juga sempat dianiaya dan diancam tembak oleh pelaku.(serambinews.com)