Minggu, 07 Agustus 2011

Warga Blokir Jalan Saril-Kebet Takengon

Takengon - Masyarakat Desa Tan Saril dan Kebet, Kecamatan bebesen, Aceh Tengah selepas taraweh, Sabtu malam (6/8),menutup Jalan raya sepanjang 1 km dari persimpangan Tan Saril hingga ke totor Jingki, Kebet, dengan menanami batang pisang dan menumpukan batu-batu . Warga resah karena sepanjang jalan itu saban hari debu mengepul sampai ke dalam rumah, sehingga turut mengancam kesehatan warga, terutama anak-anak yang mulai terbatuk-batuk.

Pemerintah dan DPRK cuma berjanji saja mau diperbaiki, tapi sampai sekarang tidak ada tindakan apa-apa. Padahal anggarannya sudah ada di APBK 2010. Kami kuatir, debu-debu jalan parah sekali, setiap hari masuk ke rumah warga, dan mulai mengganggu kesehatan, terutama anak-anak,kata Alamsyah, warga Kebet yang di hubungi The Atjehpost, semalam.

Namun pantauan The Atjeh Post di lokasi, pagi tadi, Minggu (7/8)  situasi mulai menegangkan, warga mulai berjaga-jaga dengan pedang dan parang, karena tadi pagi, tanpa sepengetahuan warga ada sebuah alat berat grader yang menyingkirkan benda-benda penutup jalan, warga menduga alat berat tersebut milik PT. Alam Belangi, kontraktor pemenang proyek APBK untuk memperbaiki jalan di daerah itu sejak tahun lalu.

Menurut Alamsyah, masyarakat Tan Saril dan Kebet sudah berkali-kali meminta kepada pemerintah daerah agar jalan yang berdebu itu di siram saja, namun pemerintah tidak menghiraukannya. Kondisi jalan berdebu sudah berlangsung selama setahun, namun belum ada tindakan apa-apa dari pemerintah.

Tidak mungkin warga yang menyiram, karena dikampung sini air juga susah,kata Alamsyah.

Jalan di Desa Tan Saril dan Kebet sejak puluhan tahun sebelumnya tidak pernah dikeluhkan lantaran tidak bermasalah. Namun pada tahun 2010, jalan itu diperlebar oleh pemerintah, karena bersamaan dengan pembangunan jalan baru tembus desa Bebesen dengan Paya Tumpi. Sejak. pelebaran itulah, jalan mulai rusak dan belum diperbaiki pula.

Sejauh ini pemerintah dan kontraktor PT. Alam Belangi belum dapat di konfirmasi.

Sumber : The Atjeh Post