Kamis, 01 September 2011

Revolusi Libya

JAKARTA|ACEHMINUTES - Perang di Libya mendekati ambang akhir, tentunya ini dirayakan secara meriah oleh warga Libya dan generasi muda Arab. Tetapi ada beberapa rahasia yang mengikuti perang yang berlangsung selama enam bulan itu.�

Rahasia perang terakhir yang berakhir dengan kesuksesan pihak oposisi dipegang oleh kelas pekerja Libya yang menguasai Tripoli.�

Praktis saat pihak oposisi memasuki wilayah Tripoli, mereka hanya meneruskan apa yang sudah di lakukan oleh warga Tripoli.�Pada akhirnya, saat warga Tripoli melangkahi pasukan loyalis Khadafi dan berpindah mendukung pihak oposisi, sudah diketahui bahwa rezim Khadafi yang sudah berkuasa selama 42 tahun akan segera berakhir.

Sebelumnya tanda-tanda berakhirnya Khadafi mulai terlihat saat jalur pasukan lapis bajanya terganggu oleh pihak pasukan oposisi. Sementara pasokan logistic dan amunisinya terus diblokir oleh pasukan Dewan Transisi Nasional (NTC). Demikian diberitakan Reuters, Kamis (1/9/2011).

Tetapi ada beberapa hal yang menarik menyusul perang yang terjadi di Libya saat ini. Ada beberapa mitos yang mewarnai perang yang menghancurkan negara Afrika ini. Sepuluh mitos-mitos itu antara lain:

Mitos Pertama. Khadafi amat memperhatikan kebijakan domestik�
Pada era 1970-an, Khadafi dianggap lebih royal dibandingan saat ini. Saat itu, Khadafi rela membagi keuntungan perdagangan minyak Libya dengan rakyat. Ia bahkan membelikan para petani traktor.

Namun selama beberapa decade terakhir, Khadafi mulai berubah dan dirinya bahkan menjadi lebih keras. Pria berusia 69 tahun ini bahkan menyerang siapapun yang berseberangan dirinya. Keadaan juga berubah dalam beberapa waktu terakhir, saat anaknya mulai menguasai bisnis di Libya yang tentu mengganggu investasi.�


Mitos Kedua. Khadafi lebih maju dalam kebijakan luar negerinya
Pada awal dirinya berkuasa, Khadafi serang memerankan tokoh sinis dalam percaturan politik dunia. Namun beberapa dekade terakhir hal tersebut berubah.



Pada 1996, Khadafi menjadi pahlawan saat menampung warga Palestina yang kehilangan tempat tinggalnya. Ia juga membantu negara Afrika lain yang dilanda kehancuran usai perang.


Tetapi yang menjadi perhatian lebih adalah saat dirinya membuka diri kepada �Amerika Serikat �dan Eropa. Dia berteman dengan George W Bush dan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi.(Okezone.com)�